-->

Jenderal Sudirman bukan saja seorang jenderal, tapi juga seorang....



Menurut catatan sejarah, Sudirman dan adiknya belajar Islam di bawah bimbingan Kyai Haji Qahar. Boleh dibilang, Sudirman adalah orang yang taat beragama dan shalat tepat waktu. Ia pun dipercaya untuk melantunkan azan dan iqamah.

Sudah terlihat sejak kecil, Sudirman punya jiwa sosial yang tinggi. Ia gemar membantu. Pendidikan yang pernah dikecapnya adalah Sekolah Guru Muhammadiyah di Solo, tapi tidak sampai tamat. Namun demikian, beliau sempat menjadi guru di Muhammadiyah Cilacap.

Anak buahnya biasa menyapa Kajine, istilah Jawa untuk panggilan Pak Haji. Padahal beliau belum pernah ke Mekkah apalagi sampai berhaji. Satu lagi. Ia gemar berzikir dan menjaga wudhu. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Surah Ash-Shaf ayat 10-12 sering ia kutip dan sampaikan kepada anak buahnya. Intinya tentang suatu perniagaan yang benar-benar menyelamatkan, yaitu dengan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa.

Ketika ia sakit keras, ia tetap memilih untuk berjuang. Tidak diam. Selama bertahun-tahun. Karena jasa-jasanya, Sudirman ditampilkan dalam uang kertas rupiah keluaran 1968 serta namanya diabadikan menjadi nama sejumlah jalan besar, universitas, museum, dan monumen.

Muhammad Isa Anshary menyatakan bahwa Sudirman adalah putra revolusi, karena dia lahir dalam revolusi, dan dibesarkan oleh revolusi. Yang jelas, Sudirman bukan saja seorang jenderal, tapi juga seorang ustadz. Semoga menjadi inspirasi bagi kita.